Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saya membedah Al-Qur'an sendirian. Apa yang saya dapat?

 

Saya ditakut-takuti bahwa tidak sembarang orang bisa memahami Al-Qur’an.

Konon bahkan disampaikan bahwa perlu 15 jenis keilmuan untuk bisa menafsirkan atau memahami makna-makna di dalam Al-Qur’an.


Yah, kalau seperti itu persyaratannya, bubar aja udah. Bubarrr... Orang-orang Muslim keburu kabur atau males duluan sebelum mulai belajar memahami Al-Qur'an. 😂

Akhirnya, orang Muslim nggak tahu apa-apa terkait isi dalam Al-Qur'an.

Padahal, Qur'an itu jantungnya orang Muslim. Baju perang bagi Jiwa. Didampingi Qur'an aja, memenangkan pertempuran masih sulit dan kadang terseok-seok (bahkan bisa kalah), gimana tanpa Qur'an? Pasti bakal ambruk, dah. Mental bakal lunak kayak agar-agar.

Oke...

Jadi, terus terang saya tidak memiliki cukup waktu dan sarana untuk mempelajari ke-15 ilmu tersebut. Kalau saya harus menunggu selesai/mahir mempelajari ke-15 ilmu tersebut, maka mungkin sampai akhir hayat, saya nggak akan pernah tahu apa itu isi dari Kitab Suci.

Bagaimana saya bisa mengaku-ngaku beriman kepada Al-Qur'an, sedangkan isi dari Al-Qur'an saja saya nggak tahu?!

Sementara, saya bisa meninggal kapan saja, dan Qur'an itu lah salah satunya yang akan sanggup menemani saya menghadap Allah.

Maka dari itu, saya tidak terlalu mempedulikan pendapat tersebut. 

Ada orang bilang, Ram: "Belajar sendiri itu gurunya setan."

Menurut saya, ucapan tersebut kurang tepat sih, dan berlebihan. Ucapan tersebut justru rentan membawa masyarakat Muslim terjerumus dalam kebiasaan malas berpikir.

Karena Allah bilang begini:


Di tafsir lain, ayat tersebut diartikan juga: "menghadap Allah berdua-dua atau sendiri-sendiri." Sekali pun sepintas berbeda, tapi pada esensinya sama. Karena kita memang perlu sejenak menyendiri untuk bisa menggunakan akal sehat dan berpikir jernih. 

Kamu perlu menyendiri untuk berpikir.

Kalau mikirnya di tengah-tengah warteg, ya bukan mikir. Ngerumpi ntar. 😂

Menurut saya, gurunya akan menjadi setan, kalau belajar sendiri tanpa panduan kitab Al-Qur'an. Selama kiblatnya masih ke Al-Qur'an, yang menjadi gurunya tetap Allah. Lagi pula, ucapan seperti itu tidak memotivasi. Seperti propaganda yang bikin orang Muslim malas berpikir menggunakan akal sehatnya.

Makanya saya tidak sepakat dengan ucapan tersebut. Tokoh-tokoh di dunia melahirkan inovasi selalu dengan cara mengarungi kesendirian.

Saya memberanikan diri untuk coba membedah Al-Qur'an seorang diri. 

Karena logikanya, kalau saya ingin percaya (beriman) kepada Allah, saya harus tahu dulu siapa Allah. Kalau saya nggak tahu siapa Allah, lah... bagaimana mungkin saya bisa percaya Allah? Kenal saja nggak, kok bisa asal percaya?

Dan akses untuk bisa mengenal Allah, hanya Al-Qur'an.

Hingga di suatu hari yang penuh kesulitan dan kesendirian, tahun 2012 tepatnya, saya memberanikan diri untuk membaca dan merenungi "terjemahan/arti Bahasa Indonesia" dari ayat-ayat Al-Qur'an.

Yap. Yang saya lakukan sederhana, dan kamu bisa mencobanya. 

Saya membaca Qur'an beserta terjemahan bahasa Indonesia-nya. Lalu, saya mencatat setiap ayat yang menurut saya penting dan patut diingat. Seperti ini:


Itu masih sisa ke bawah sebenarnya, saya catat yang penting sampai surat terakhir (An-Nas). Tapi nggak muat di screenshot. 

Ayat istimewa yang saya maksud itu ayat pokok (muhkamat). Yang, bisa dipahami tanpa perlu terlebih dulu mendapatkan gelar PhD dalam jurusan Bahasa Arab. Sekadar info yah, nggak sedikit dari ayat-ayat tersebut, yang maknanya saling berkaitan dengan ayat yang lain. 

Ketika satu demi satu ayat pokok (muhkamat) saling dikaitkan, itu bakal membentuk mindset/Ideologi/identitas yang idealnya dimiliki oleh seorang Muslim.

Saya membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 5 tahun untuk mencatat itu. 

Dan, sebenarnya catatan itu belum selesai. Mungkin tidak akan pernah selesai. Karena yang menakjubkan dari Qur'an adalah, sering kali kamu nggak bisa memahami satu ayat hanya karena sudah selesai membacanya.

Tak jarang, ada ayat yang saya baca sekarang, baru saya pahami makna kebenarannya bertahun-tahun kemudian. 😂

Serius sih. 😂

Karena itu membaca Qur'an harus tekun setiap hari. Istiqomah dan sabar. Kalau nggak, ya... lupa, dan bubar sudah. Dan karena itu pula, bisa aja ada ayat baru yang penting dan baru saya pahami, tapi belum sempat saya catat.

Terus, apa yang saya dapat setelah membedah Qur'an seperti itu sejauh ini? Apakah lantas saya menjadi Muslim yang radikal/tersesat atau malah murtad dengan pola pikir menyimpang, seperti yang dikhawatirkan orang-orang Alim?

Nggak.

Saya sadar, bahwa kebanyakan Muslim enggan mendalami Qur'an, karena mungkin sudah dikabarkan kalau ada banyak persyaratan untuk bisa memahami Qur'an. Jadi semuanya perlu dipandu oleh Ulama/Ustadz. Lalu kemudian, karena sibuk mengejar dunia, jadi malas deh  orang merenungi ayat-ayat Qur'an.

Padahal, ayat-ayat pokok (muhkamat) itu bisa dipahami sendiri. Ayat-ayat ini dapat membangun "framework" berpikir seorang Muslim.

Lalu, apa yang saya dapat seusai menggali Al-Qur'an seperti itu?

Nggak mungkin dimuntahkan semua di tulisan ini, karena ada terlalu banyak. Praktisnya, kira-kira ini lah yang saya dapatkan sepanjang saya membedah Qur'an sendirian:

1. Percayalah... Allah itu ada. 😭

Pernah nggak kamu merasa ragu pada diri sendiri? Atau ragu, dari mana kamu tahu bahwa Allah itu ada? Biasanya keraguan terhadap Allah muncul ketika kita sedang dalam kesusahan.

Kalau lagi senang sih, mungkin jarang terpikirkan.

Kalau kamu tipe orang yang peduli dengan masa depan kamu, dan penasaran Allah itu ada atau nggak, coba luangkan waktu untuk menyelami Al-Qur'an.

2. Mendapatkan berbagai jawaban penting dalam hidup.

Ini serius. Kamu bahkan bakal tahu apa yang mungkin terjadi di masa depan andaikan kamu bersedia menggali berbagai makna di dalam Qur'an.

Melihat masa depan yang saya maksud, bukan mendadak kamu bakal jadi seorang cenayang/dukun. Melainkan karena kamu berhasil memahami pola kehidupan yang nggak akan kamu temukan di buku mana pun. 

Hidup ini adalah peristiwa/tragedi yang berulang-ulang. Yang berbeda cuma kita sebagai pemeran dan tahun berlangsungnya aja. 

3. Framework/Identitas/Pola Pikir/Ideologi seorang Muslim.

Islam itu sebenarnya agama untuk para superhero yang visioner. 

Karena Qur'an mengajarkan pembacanya untuk melihat masa lalu, masa sekarang, masa depan, dan masa setelah mati. Qur'an juga mendorong kita untuk berjuang, baik secara individu, mau pun dalam kemasyarakatan.

Semua saling berkaitan.

Karena Islam yang sebenarnya, saat berkiblat kepada Qur'an, lebih dari sekadar mencari amal saleh dan bertaubat. Lebih dari sekadar halal atau haram.

4. Menjalani hidup dengan mata melotot.

Kalau kamu pikir kamu sudah menjalani hidup dengan mata terbuka? Oh, tunggu sampai kamu mengetahui isi dari Al-Qur'an. Hahahaha... 

Memang, mata apa yang saya maksud? Mata akal.

Nyaris semua pemahaman tentang kehidupan saya berbalik 180 derajat, ketika saya melihat dunia dengan mata akal. Hal yang tampak benar, kenyataannya belum tentu suatu kebenaran.

5. Menjalani hidup tanpa rasa gentar.

Saya lebih percaya diri dalam menjalani hidup. Hidup itu sudah dijamin berat. Semua orang pasti pernah merasakan kesusahan dan penderitaan, hidup senang pun sebenarnya adalah ujian.

Tapi di saat saya mengenal Allah dan mengetahui ayat-ayat pokok dalam Qur'an, mendapatkan pemahaman darinya, semua menjadi jelas. Tidak perlu gentar dan bersedih hati, selama Allah berada di pihak kita, dengan izin-Nya kita bisa menang. 

6. Kebenaran (ini menakutkan, tapi tetap harus dikunyah dan ditelan).

Kalau aja kamu bersedia menggali Al-Qur'an seperti yang saya lakukan. Dan, bersedia membaca dunia di sekitar kita. Kamu akan paham. Bahwa selalu ada harga atas segala sesuatu. Termasuk dalam meraih Surga. 

Jangan berpikir cukup menghapal Ayat Kursi dan sudah merasa tenang. Setiap muslim memang dijamin masuk Surga, tapi pertanyaannya adalah: Kapan kita dimasukkan ke dalam Surga? Apakah singgah dulu ke Neraka, atau langsung ke Surga?

Kamu pun bakal menyadari. Bahwa dunia ini dibangun dengan kebohongan besar.

Menurut saya, Al-Qur'an tidak akan bisa tergantikan atau pun terwakilkan oleh apa pun, oleh kitab tafsir mana pun. Di dalamnya tersimpan rahasia alam semesta dan kehidupan manusia. Yang mana, andaikan setiap Muslim memahami makna di dalamnya, Muslim akan mampu mengguncang dunia. 

Kepahaman terhadap Qur'an seharusnya bisa menjadi standart intelektual bagi setiap Muslim.

Orang Muslim adalah golongan yang terbaik dari berbagai aspek. 

Bukan golongan yang hanya pandai beribadah lima waktu dan memperbanyak puasa. Lebih dari pada itu, harga surga jauh lebih mahal dari pada yang kita semua kerap asumsikan saat masih di Madrasah.

Saya sangat mendorong teman-teman Muslim, untuk bacalah Al-Qur'an dengan tekun dan sabar. Ketahuilah terjemahannya, pahami artinya. Kelak kamu akan menyadari, bahwa selama ini kamu belum tahu apa-apa tentang Iman dan Islam. 

Wallahu a'lam.

rama nugraha
rama nugraha Mantan Orang IT yang jadi Penulis.

Posting Komentar untuk "Saya membedah Al-Qur'an sendirian. Apa yang saya dapat?"