Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Satu - Ingatan

Siapa Datan Woudward? 

Pertanyaan itu muncul di benaknya. Bukan karena Datan ingin pertanyaan tersebut muncul. Tetapi karena ada desakan dalam dirinya, yang mendorong pertanyaan itu untuk muncul. Aku seorang Royan.

Apa tujuan dari hidupku?

Bertemu kembali dengan Ana. Menjadi Royan terbaik. Berpetualang keliling dunia sembari mencari gadis-gadis Haedin dan Marra yang cantik.

Apa yang kudapat sekarang? tanya Datan lagi pada dirinya sendiri.

Hidup yang penuh bencana.

***

Datan tidak tahu di mana dirinya berada. Keadaan di sekitar gelap seperti di dalam lubang. Dia mungkin sedang dalam kondisi antara sadar dan tidak. Rangkaian ingatan membangun suatu refleksi yang memproyeksikan diri di masa lalu. Dalam dinginnya gelap dan sunyinya kesendirian.

Dia merenung. 

Datan Woudward berdarah Ingra. Ras yang diramalkan akan membawa perubahan besar bagi dunia. Orang-orang yang dipuja karena memiliki kemampuan melihat dalam gelap. Yang juga merupakan golongan yang paling langka. Ayah pernah bilang sedikit tentang Ingra, mereka adalah kaum yang tajam dalam berpikir, serta peka dalam merasakan. Mereka golongan yang berjalan di luar jalur dan melawan arus mayoritas. 

Mereka orang-orang yang berani jujur terhadap dirinya sendiri.

Lima belas tahun telah berlalu, ketika Datan bertemu Ana di suatu malam bersalju. Waktu itu Ayah kepergok mencuri akibat sedang kekurangan uang. Mereka dikejar-kejar petugas keamanan sekota, sampai tiba-tiba semua orang ambruk dan tertidur. Kecuali Datan, dan sampai sekarang dia belum tahu kenapa hal itu bisa terjadi.

Ana berdarah Marra. Bermata ambar membara dengan binar seorang penguasa. Ana seolah telah hidup melintasi zaman. Berpengalaman menaklukkan seratus kerajaan. Ana mengaku seorang Royan. Kalangan orang buangan terlatih, yang dikumpulkan untuk dibentuk menjadi pencuri dan pembunuh elite dunia. 

“Yang pasti kami bukan tokoh panutan yang patut kau jadikan idola.”

Datan ingat, Ana berkata seperti itu. Namun tetap saja, dia tak bisa menghentikan dirinya memikirkan Ana. Apalagi Ana rupanya tahu tentang Ingra melebihi Datan. Datan ingin bertemu lagi dengan Ana. Dia merasa menjadi Royan adalah tujuan hidupnya. Datan mulai berani mencuri. Dia mulai keluar masuk penjara anak karena belajar menjadi pencuri. Datan ingat, dia menguping Bibi Fira berpesan pada Ayah, 

“Seorang anak mencontoh perilaku orang tuanya. Ketika dewasa, rekam itulah yang hampir dipastikan menjadi pondasi untuk membangun identitas dirinya. Kau menjadi yang kau saksikan.”

Ketika Datan mengaku ingin menjadi Royan. Ayah marah besar, tentu saja. Bibi Fira justru lebih sekadar marah. Bahkan sampai sekarang dia tidak rela Datan menjadi seorang Royan. Seperti Ayah, Bibi Fira ingin Datan menjadi orang yang berguna untuk dunia. Karena Datan tumbuh dan dibesarkan dalam keluarga yang cukup, hampir tidak pernah merasakan kesusahan yang berarti, atau pun pengalaman pahit yang menyebabkan trauma dalam hidupnya. Bibi Fira berpendapat, tidak ada alasan bagi Datan untuk bercita-cita menjadi Royan—seorang pencuri dan pembunuh.

Datan menolak mendengar omelan itu. Dia mulai paham kepuasan mencuri.

Tujuan hidupnya ketika itu pun terbentuk. Dia ingin menjadi Royan.

Mattan Woudward sang Ayah akhirnya merelakan Datan mengejar keinginannya menjadi Royan. Ayah bahkan mengajarkan Datan seni beladiri Arni, yang tidak pernah Datan bayangkan Ayah menguasainya. Bibi Fira masih belum setuju. Datan yakin, sampai kapan pun Bibi Fira tak akan pernah setuju. Semakin bertambahnya usia, semakin lama direnungkan, Datan sedikit pun tak pernah ragu terkait tujuan hidupnya menjadi Royan. Karena dia akan berpetulangan ke banyak tempat di dunia melakukan berbagai kesenangan sebagai pencuri elite.

Sedangkan Erry Monala tetap setia dan selalu mendukung cita-citanya untuk menjadi Royan. Bahkan di malam perpisahan, Erry menitipkan fij padanya. Sebuah kalung yang tampak istimewa di mata Datan, tetapi rupanya kerap menjadi sumber kesedihan bagi Erry.

“Orang tuaku mungkin berpikir fij adalah kenangan untuk mengingat mereka,” kata Erry, sewaktu pertama kali memperlihatkan kalung itu pada Datan. “Sedangkan aku merasa, kalung ini menyakiti hatiku. Kalung inilah yang mengingatkanku bahwa orang tuaku menelantarkanku di depan rumah Paman Kurk.”

Setelah meninggalkan Tormera, mengelabui Halta, mengikuti Kanas ke Yardara, bertemu Irirana dan Roh Malam, lalu menolak menjadi pembunuh, Datan Woudward akhirnya berhasil menjadi Royan. Lembaran baru hidupnya dimulai ketika itu. Datan merasa benar-benar hidup, merasa terbenam gairah dan hormon kebahagiaan. Tidak ada yang dapat membuat Datan sedih. Dia pertama kalinya merasakan hidup, bertemu banyak kebanggaan yang tidak terbayangkan, serta berada dalam lingkungan orang-orang yang menakjubkan dan berkemampuan luar biasa. Datan juga berkesempatan bermain leih—olahraga pukul bola api yang bergengsi.

Kebahagiaan dan kepuasan tidak berhenti sampai di situ. 

Datan mendapatkan seragam malam. Pakaian tempur milik Royan yang mampu menahan tebasan pedang dan menyimpan bermacam kemampuan unik. Dia juga diberikan senjata hebat yang dapat membantunya menjalankan misi. Datan mudah tak sabar untuk segera mencuri dan melakukan petualangan liar ke tanah-tanah tak terjamah, bertemu gadis-gadis Haedin yang cantik, dan mencicipi berbagai jenis makanan di dunia. Hidupnya telah sempurna, dan kekurangan yang dirasakannya saat itu hanya satu. 

Datan belum bertemu Ana. Bahkan menerima berita buruk tentangnya.

Kemudian sebuah misi mengubah semua kenyamanan itu. Menjauhkan Datan dari tujuan awalnya menjadi seorang Royan. Dalam misi perdana yang dia jalani dengan penuh pelanggaran, di rumah seorang Thar di Fardas yang bernama Ubaga Jarhal, Datan bertemu Nymeria Farlama dalam upaya pencurian Permata Zu. Pencurian itu berakhir tidak menyenangkan. Sekali pun dia berhasil mendapatkan Permata Zu. Nymeria adalah musuh, dan dia seorang perempuan gila yang dengan janggalnya berhasrat untuk berteman dengan Datan. 

Datan tentu saja menolak. Yang dia butuhkan Permata Zu. Bukan seorang teman.
Mereka bertengkar hebat. Nymeria menanamkan bakat kepada dirinya yang dinamakan telepaqua. Lalu dia menculik Ayah. Datan diminta datang ke Wanageeska untuk menjemput Ayah seraya memberikan kembali Permata Zu padanya. Bersama Irirana dan Kanas, Datan berangkat menuju Wanageeska untuk menyelamatkan Ayah. Nymeria secara tak terduga mengenalkan Datan pada Antal dan Jasin di Wanageeska. 

Mereka bagian dari Keluarga Nymeria.

Datan berhasil membujuk Nymeria untuk melepaskan Ayah, dan karena merasa menang, Datan pun menolak memberikan Permata Zu. Datan tahu—benar-benar tahu, bahwa Nymeria sakit hati disebabkan sikapnya yang demikian. 

Karena Nymeria memerintahkan Ayah untuk meloncat ke jurang.

Dan, kau tahu apa yang selanjutnya perempuan itu ajukan pada Datan? Bukan rengekan permintaan maaf karena telah menyuruh Ayah bunuh diri, atau tawaran balas dendam. Melainkan celoteh minta pertolongan kepada Datan, untuk membunuh seluruh anggota keluarganya dan menyelamatkan dunia. Nymeria percaya—dan menelan mentah-mentah ocehan dari para nenek moyang, yang meramalkan bahwa seorang Ingra dapat membawa perubahan pada dunia.

Datan tidak setuju dengan ramalan tersebut. Dia menyadari, bahwa tidak ada orang waras yang rela disuruh menyelamatkan dunia. Jangan menyelamatkan dunia, menyelamatkan diri sendiri saja sudah sulit.

rama nugraha
rama nugraha Mantan Orang IT yang jadi Penulis.

Posting Komentar untuk "Satu - Ingatan"