Membaca Adalah Awal Mula Keimanan

Membaca Adalah Awal Mula Keimanan
Al – Alaq : 1 – 4“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia (3), Yang mengajar (manusia) dengan pena (4)."
Ajaran Islam Yang Terlupakan: No. 1 – Membaca.
Suatu kali, sambil merenung, saya bertanya-tanya, kenapa Allah SWT meminta orang Muslim untuk membaca? Saya baru memahami alasannya bertahun kemudian. Setelah saya membaca demi meraih Ilmu.
Ilmu rupanya sumber cahaya dalam kehidupan manusia.
Bayangkan seorang laki-laki bernama Bono sedang terjebak di dalam gua yang gelap pekat. Berjalan seorang diri di jalan becek yang terjal dan banyak cabang. Tanpa cahaya atau lampu. Bono merangkak meraba-raba dinding. Terseok ke sana kemari. Sementara bisikkan misterius terdengar dari depan dan belakang, kanan dan kiri, memanggil Bono untuk datang menghampiri. Bono tidak bisa melihat siapa yang memanggil. Karena Bono buta. Bono tidak tahu, apakah yang memanggil adalah petugas penyelamat yang ingin menolong? Atau orang tanpa kepala yang ingin mencekik lehernya?
Seperti itulah nasib seorang Muslim bernama Bono, yang menjalani hidup tanpa mau membaca dan menuntut Ilmu. Bono tentu masih bisa bertasbih, masih bisa berdoa memohon ampun, mengerjakan sholat gelap-gelapan, tapi yah… hanya itu. Bono tidak berani melangkah karena ketakutan. Dadanya berdebar-debar. Sebab, Bono bahkan tak dapat melihat mulut buaya yang menganga tepat di depan batang hidungnya.
Saya menyesalkan diri saya karena pernah mengalami peristiwa itu.
Sebenarnya, ada berbagai alasan penting kenapa Allah SWT menuntut orang Muslim untuk membaca. Salah satunya adalah, Allah SWT tidak ingin orang Muslim otaknya tumpul dan terjangkit kebodohan. Karena kebodohan rentan dengan kemiskinan. Kemiskinan tanpa ilmu pengetahuan rentan dengan malapetaka dan kehinaan. Itulah sebabnya, membaca adalah mata bagi orang Muslim.
Tanpa membaca? Orang Muslim berjalan dalam keadaan merem.
Mengutip dari The Conversation: “Dari hasil Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018, menunjukkan skor membaca pelajar Indonesia berada di titik terendah selama mengikuti PISA sejak tahun 2000. Siswa dengan kompetensi matematika dasar rendah (di bawah Level 2 dalam skala PISA) berjumlah 71,9% - terburuk ke-7 dari 77 negara yang disurvei.”
Sebagian besar penyebabnya adalah karena rendahnya kemampuan “membaca” siswa Indonesia. Saya jadi bertanya-tanya, bagaimana mungkin negara dengan masyarakat Muslim terbesar di dunia memiliki angka yang amat rendah dalam minat membaca?
“Kamu tidak perlu membakar buku-buku untuk merusak budaya. Cukup desak orang-orang itu untuk berhenti membacanya,” – Ray Bradbury.
Apa ucapan si Ray bisa dikatakan terjadi pada masyarakat Muslim Indonesia?
Saya pikir, banyak masalah yang terjadi dan menimpa masyarakat Muslim di Indonesia yang mana salah satu penyebab utamanya adalah karena kita malas membaca. Malas membaca, otomatis otak pun jarang dipakai, yang ujungnya adalah kejompoan berpikir.
Saya masih bertanya-tanya, kenapa ulama zaman dahulu tidak mengajarkan pentingnya membaca kepada kakek-nenek kita sewaktu mereka memperkenalkan Islam ke Nusantara? Apa Anda tahu jawabannya? Apa karena zaman dulu buku sulit didapat? Atau karena harga buku mahal? Atau zaman dulu tidak ada penulis? Karena saya belum tahu. Kenapa masuknya agama Islam ke Nusantara tidak lantas mendorong penduduk Nusantara untuk tekun membaca?
Padahal jelas, Allah SWT memerintahkan orang Muslim untuk membaca.
***
Sebagai seorang Indonesia, Muslim, dulu saya pun tidak paham pentingnya membaca. Dalam lingkungan kami, tradisi membaca hampir dapat dikatakan tidak popular, kadang tidak terlalu dinilai berarti dalam kehidupan sehari-hari. Saya juga tak pernah diajarkan pentingnya membaca di madrasah atau pun di sekolah. Saya baru menyadari pentingnya membaca, setelah terjun ke dunia kerja. Yang mana, hal tersebut sebenarnya sudah telat.
Membaca dapat dikatakan sebagai olahraga untuk otak. Seorang Muslim yang tekun membaca, akan memiliki wawasan yang luas dengan daya pikir yang cemerlang. Ketangguhan dalam berpikir serta kecakapan dalam berkepribadian. Membaca dapat memperkuat mental kita dalam berjuang. Seperti halnya seluruh sistem tubuh kita yang membutuhkan oksigen untuk bernapas, akal pikiran kita pun perlu membaca supaya dapat digunakan untuk berpikir.
Lantas, apa jadinya kalau seorang Muslim tidak membaca?
Ya, besar potensi kalau orang Muslim akan dibodohi, akibat akal dan pikiran yang tumpul dan kehilangan fungsi. Ketika akal pikiran kita tidak terlatih untuk merenungkan atau mencerna ilmu pengetahuan, rasionalitas dalam berpikir pun akan padam.
Akibatnya, seorang Muslim akan selalu menerka-nerka, hidup tanpa kerangka berpikir, berpendapat atau bertingkah tanpa landasan rasionalitas yang berbasiskan ilmu dalam menjalankan kesehariannya. Tanpa akal dan pikiran yang mampu mencerna rasionalitas, apa fungsinya saya menjadi manusia yang mengaku beriman kepada Allah SWT?
Lagi pula, kalau sebagai Muslim, membaca buku saja tidak mau. Bagaimana dengan membaca Al-Qur'an?
*update: 10 November 2020
Uwaahhh keren sekali tulisannya, Kak Rama 😆👍
BalasHapusSemoga bermanfaat, Rizz :)
Hapus