Membaca dan Merenungkan Kemegahan Alam Semesta

Membaca dan Merenungkan Kemegahan Alam Semesta
Suatu kali, saya pernah bertanya-tanya:
- “Apakah Allah SWT benar-benar ada?”
- “Apa buktinya Allah SWT itu ada?”
Semula saya tidak pernah memikirkan pertanyaan itu. Yang saya tahu, rajin sholat dan perbanyak dzikir, nanti juga masuk Surga. Jadi, tidak perlu memikirkan apakah Allah SWT benar-benar ada. Orang alim sering bilang, “Yakin saja Allah SWT itu ada.” Pertanyaan di atas tersebut baru muncul ketika saya mengalami berbagai kesulitan dalam hidup. Waktu itu proyek yang sedang saya kerjakan selalu menemui kegagalan. Saya pun mengalami kebangkrutan. Karenanya saya mulai meragukan keberadaan Allah SWT. Kalau Allah ada, kenapa hidup saya susah? Saya sudah berdoa siang dan malam, bahkan tengah malam, tapi tetap saja proyek saya masih gagal.
Kegagalan itu sampai bertahun-tahun, loh.
Dari kegagalan dan merasa jadi orang paling menderita itulah, saya mulai penasaran sama Allah SWT. Saya ingin berkenalan dengan Allah SWT. Ingin konsultasi, ingin bertanya langsung. Ingin saya bertanya, “Kenapa sih hidup ini susah banget?”
Al – Gasyiyah: 17 – 20“Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?(17) Dan langit, bagaimana ditinggikan?(18) Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?(19) Dan bumi bagaimana dihamparkan?(20)”
Saya sadar ayat tersebut adalah bukti, bahwa Allah SWT memerintahkan orang Muslim untuk belajar sains. Saya mulai memperhatikan alam semesta gara-gara ayat itu. Lalu membaca sains. Membaca pengetahuan tentang bagaimana tubuh manusia bekerja. Membaca tentang tata surya, anatomi dan fisiologi, kedokteran dan medis, psikologi, dan berbagai ilmu sains lainnya. Bukan karena ingin menjadi seorang ahli. Justru karena saya berharap bisa menemukan Allah SWT. Lalu, apa saya berhasil bertemu Allah SWT dengan membaca sains dan alam semesta?
Ali – Imran: 190“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.”
Saya tidak berhasil menemukan Allah SWT. Karena ternyata, tidak seperti itu aturan mainnya. Nabi Musa AS saja langsung pingsan melihat Allah SWT, apalagi saya. Tapi, upaya saya tidak sia-sia. Saya mendapatkan bukti. Saya berhasil melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT di alam semesta, melalui kacamata sains. Perjalanan tersebut membuat saya akhirnya menyadari akan arti keimanan kepada Allah SWT.
Saya percaya bahwa setiap Muslim, di mana pun dia berada, suku apa pun dia, apa pun profesinya, dia perlu mempelajari sains dan merenungkan alam semesta. Karena dengan cara itu, seseorang baru sanggup merasakan adanya kekuasaan Allah SWT di dalam dadanya. Ada orang berpendapat, sains tidak sejalan dengan agama. Sedangkan saya menyadari, sains justru tidak bisa dipisahkan dalam upaya membuktikan tanda adanya kekuasaan Allah SWT.
Sains harus dipelajari demi menyaksikan tanda adanya kekuasaan Allah SWT. Bukan justru karena ingin menemukan sosok atau wujud Allah SWT.
Sains dipelajari dalam upaya memahami kompleksitas hidup dan alam semesta. Demi memancing kesadaran bahwa kehidupan tercipta tidak untuk suatu kesia-siaan atau kebetulan belaka. Hingga pertanyaan kritis yang esensial muncul, apakah Tuhan itu ada? Saat seseorang bertanya demikian, itulah waktunya dia mengenal Allah SWT melalui Al-Qur’an. Selesai dia melalui proses mengenal Allah SWT, mulailah momentum di mana dia baru dapat bersungguh-sungguh menjadi seorang Muslim dan belajar lebih dalam lagi tentang ilmu agama Islam.
Sepatutnya diingat, membaca sains harus didukung membaca Qur’an. Karena membaca sains tanpa mendalami Qur’an, seperti berlari memakai kacamata hitam di dalam gua—pasti menabrak tembok atau terperosok ke jurang. Sementara membaca Qur’an tanpa mengerti sains, seperti berjalan dengan bantuan kursi roda di tengah jalan tol yang ramai dilalui mobil.
Membaca Buku demi Meraih Ilmu Pengetahuan
Membaca sains membuka pikiran saya betapa pentingnya membaca. Tekun membaca ternyata baik untuk melatih kinerja otak orang Muslim, supaya tidak tumpul. Saya menyadari bahwa dibutuhkan ilmu pengetahuan dalam menjalani hidup. Ilmu menata diri sendiri, ilmu mengendalikan emosi, ilmu menulis, ilmu sains, ilmu ikhlas dan sabar, ilmu agama Islam, ilmu fiqih, dan lain sebagainya. Kita sebagai manusia membutuhkan ilmu—berbagai macam ilmu, untuk bisa menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.
Dan, membaca adalah gerbang utama menuju ilmu-ilmu tersebut.
Hidup tanpa ilmu, seperti masak tanpa tahu caranya memasak. Apa hasilnya? Makanan yang dimasak hambar dan tidak enak, serta bikin perut mulas sehabis memakannya.
Al – Ankabut : 49“Sebenarnya, (Al-Qur'an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.”
Ayat di atas itu berputar-putar dan menancap di benak saya.
Saya akhirnya paham. Bahkan memahami Qur’an pun dibutuhkan ilmu. Maka artinya setiap Muslim harus berilmu. Harus membaca. Tanpa membaca, ya tidak dapat ilmu. Tidak punya ilmu, ya tidak sanggup sungguh-sungguh memahami dan merenungkan Qur’an. Kalau saya tidak mau merenungkan Qur’an, ya… bagaimana bisa saya mengaku Muslim dan beriman kepada Allah SWT?
Saya pun mau tidak mau jadi membaca beragam buku. Mulai dari fiksi sampai non-fiksi. Sekali pun kepala ini kadang terasa berat dan letih. Saya tidak punya pilihan. Karena tanpa membaca buku, sulit dan jauh sekali untuk mampu memahami Qur’an—atau mengenal Allah SWT serta mendapatkan petunjuk-Nya. Saya membaca tentang sains, sejarah peradaban manusia, biografi, psikologi, dan bermacam yang secara tersirat Allah SWT perintahkan untuk dipelajari di dalam Qur’an.
Saya sadar untuk tidak membatasi diri dengan hanya membaca buku pelajaran. Karena hal tersebut tidak cukup. Banyak pengetahuan yang perlu dibaca dan dipelajari dalam upaya meningkatkan kualitas keimanan saya kepada Allah SWT.
Membaca dan Mempelajari Diri Sendiri
Suatu kali saya berdiri di depan cermin lemari dan bertanya, “Siapa saya?”
Saya baru tahu betapa pentingnya membaca dan mempelajari diri sendiri setelah Allah SWT mendesak saya berbuat demikian. Sebelumnya? Saya malah lebih tahu tentang orang lain dan gosip para teman di kantor dibandingkan diri saya sendiri.
Az – Zariyat: 20 – 21“Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin, (20) dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?(21)”
Ayat di atas menuntun saya untuk bercermin dan mempelajari diri saya sendiri sebagai Manusia. Dimulai dari segi anatomi, fisiologi organ, sistem saraf, cara kerja otak dan pikiran, sistem keyakinan, apa yang bikin saya mengidap kecanduan terhadap sesuatu, bahkan sampai perilaku psikologis diri. Mengenal diri adalah pemahaman yang masih jarang diperbincangkan atau diajarkan di tengah keluarga dan masyarakat. Padahal, mengenal dan membaca diri adalah komponen penting dalam upaya untuk menjadi seorang Manusia.
Allah SWT sendiri yang memerintahkan orang Muslim untuk mengenal diri.
Saya pikir, kita memiliki kecenderungan mudah memahami orang lain dan lingkungan sekitar. Tapi, sering kali lupa memahami diri sendiri. Saya mengubah kebiasaan ini setelah memahami betapa pentingnya membaca diri. Membaca diri memang membutuhkan sejenak kesendirian yang sering kali menjadi kegiatan membosankan dan melelahkan. Apalagi ketika kesendirian itu tidak diajarkan sejak kecil.
Saya akan membahas tema ini di bagian Mengenal Diri dan Identitas.
Pertanyaan dan Jawaban
Pertanyaan: Kenapa seorang Muslim harus membaca?
Jawaban: Karena membaca merupakan awal mula dari keimanan kepada Allah SWT. Dengan membaca, saya mendapatkan ilmu. Dengan ilmu, saya bisa memahami ayat-ayat dalam Qur’an. Dengan memahami Qur’an, barulah saya bisa yakin, bahwa saya beriman kepada Allah SWT. Setelah saya beriman kepada Allah SWT?
Pertanyaan: Apakah Allah SWT benar-benar ada?
Jawaban: Ya. Setelah banyak membaca buku, mempelajari sains, mengamati manusia hidup, dan merenungkan Qur’an. Saya akhirnya sadar bahwa Allah SWT memang ada.
Pertanyaan: Apa buktinya Allah SWT itu ada?
Jawaban: Al – Qur’an adalah buktinya. Tulisan ini, isi pikiran saya. Peradaban manusia yang bergerak di berbagai belahan dunia. Megahnya alam semesta, adalah bukti bahwa segala sesuatu tidak tercipta dengan kebetulan. Tubuh saya sendiri, yang tersusun dengan komposisi sempurna adalah bukti bahwa Allah SWT—Tuhan Semesta Alam, benar ada.
*update: 10 November 2020
Posting Komentar untuk "Membaca dan Merenungkan Kemegahan Alam Semesta "